MODEL
- MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
1.
Model Dick & Carey
Model
Dick & Carey diciptakan oleh Walter Dick dan Lou Carrey pada tahun 1985. Dick
and Carey (1985) menganggap bahwa desain pembelajaran merupakan sebuah sistem
dan menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang sistematis. Dick dan Carey
juga mengungkapkan bahwa pendekatan sistem sering kali mengacu pada tahapan
umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional
Systems Development / ISD). Dalam model Dick and Carey dilibatkan beberapa
komponen meliputi pembelajar/ siswa, pengajar, materi, serta lingkungan. Begitu
pula, dalam lingkungan pendidikan non formal model ini memasukkan komponen yang
meliputi warga belajar (pembelajar), tutor (pengajar), materi, dan lingkungan
pembelajaran. Semuanya ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dick
dan Carey juga mengungkapkan bahwa dalam membuat model perencanaan
pembelajaran, haruslah memiliki rumusan tujuan yang jelas, terukur, dan mampu
membentuk tingkah laku. Rumusan yang mampu untuk mencapai tujuan tersebut
adalah sebuah model pembelajaran yang terformulasi dalam bentuk operasional,
berbentuk produk belajar, tingkah siswa, memiliki kejelasan tingkah laku yang
ingin dicapai, memiliki satu tujuan belajar, mempunyai tingkat keluasan yang
sesuai, serta mampu menyertakan rumusan kondisi pembelajaran yang jelas serta
standar perilaku yang dapat diterima.
Model
Dick & Carey terdiri dari 10 tahapan yang dapat di jelaskan melalui bagan
berikut:
Dari
bagan tersebut, dapat dilihat terdapat 10 tahapan pengembangan model
pembelajaran oleh Dick & Carrey, Untuk tanda → mengambarkan alur
pelaksanaan, sendangakan tanda panah dengan garis putus-putus – – → menggambarkan
umpan balik yang diterima.
2. Model Borg &
Gall
Borg & Gall menyatakan bahwa penelitian pengembangan (research and development) merupakan suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Model Research and Development (R&D), versi Borg and Gall (1983) yang terdiri atas sepuluh tahap, yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan informasi; 2) perencanaan; 3) pengembangan draf produk; 4) uji coba awal; 5) merevisi hasil uji coba; 6) uji coba lapangan; 7) penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan; 8) uji coba lapangan operasional; 9) penyempurnaan produk akhir; 10) desiminasi dan implementasi.
3. Model ADDIE
Model ADDIE merupakan
sebuah model desain pembelajaran yang bersifat lebih generik. Eksistensi model
ADDIE ini dimulai sejak tahun 1990 lalu dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah
satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.
Adapun prosedur model
ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
and Evaluation) sebagai berikut:
a) Tahap analisis
(Analysis) meliputi: analisis kompetensi, analisis materi, analisis
karakteristik siswa, dan analisis intruksional.
b) Tahap
perencanaan (Design) meliputi: penyusunan kerangka struktur (outline),
penentuan sistematika, dan perancangan alat evaluasi.
c) Tahap
pengembangan dan produksi (Development and Production) meliputi: pra penulisan,
penulisan draf, penyuntingan, revisi, uji coba terbatas.
d) Tahap
implementasi (Implementation) dilakukan dengan ujicoba secara luas/empirik untuk
memperoleh masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan seperti guru dan siswa.
e) Tahap evaluasi (Evaluation) dilakukan untuk mengetahui keefektifan dalam mencapai tujuan atau kompetensi yang telah ditentukan.
4. Model Kemp
Model Kemp (1994) dicetuskan
oleh Jerold E. Kemp. Model Kemp ini mengutamakan sebuah alur yang dijadikan
pedoman dalam penyusunan perencanaan program yang melibatkan rangkaian sistematis
yang menghubungkan tujuan hingga tahap evaluasi.
Langkah-langkah
pengembangan desain pembelajaran model Kemp terdiri dari tujuh langkah, sebagai
berikut.
1.Menentukan
Tujuan Instruksional Umum atau kompetensi Dasar
2. Membuat
analisis tentang karakteristik siswa
3. Menentukan
tujuan instruksional secara spesifik, operasional dan terukur
4. Menentukan
materi/bahan ajar
5. Menetapkan
penjajagan atau tes awal
6. Menentukan
strategi pembelajaran
7. Mengadakan
evaluasi
5. Model ASSURE
Model pembelajaran
ASSURE merupakan salah satu model yang dapat menuntun pembelajar secara
sistematis untuk merencanakan proses pembelajaran secara efektif. Model ini
telah diperkenalkan oleh Heinich, Molanda, Russell pada tahun 1989. Desain
pembelajaran ASSURE merupakan salah satu desain pembelajaran sederhana, mudah
dipelajari serta memanfaatkan media dan teknologi. Model ini dikembangkan untuk
menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada
kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi.
Model pembelajaran
ASSURE ini memiliki beberapa tahapan yang harus dipenuhi agar memperoleh output
maksimal. Adapun tahap–tahap model ASSURE sebagai berikut:
1) Analyze Learners
Langkah awal yang
dilakukan dalam menerapkan model ini adalah mengidentifikasi karakteristik
siswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Analisis terhadap
karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu karakteristik umum,
kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya dan gaya belajar siswa.
(2) State
Objectives
Langkah
selanjutnya dari model desain pembelajaran ASSURE adalah menetapkan tujuan
pembelajaran yang bersifat spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari
silabus atau kurikulum, informasi yang tercatat dalam buku teks atau dirumuskan
sendiri perancang atau instrukutur.
(3) Select Methods, Media and Materials
Pemilihan metode,
media dan bahan ajar yang tepat akan mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa
dan membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran.
(4) Utilize
Materials
Langkah berikutnya
adalah menyiapkan kelas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat
menggunakan metode, media, dan bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya siap,
ketiga komponen tersebut siap dilaksanakan.
(5) Requires
Learner Participation
Siswa yang
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan dengan mudah mempelajari materi
pembelajaran. Setelah aktif melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan
balik berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk
mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
(6) Evaluate and
Revise
Tahap evaluasi
dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan juga hasil
belajar siswa. Proses evaluasi terhadap semua komponen pembelajaran perlu
dilakukan agar dapat mempereoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah
program pembelajaran.
Sumber Referensi:
Aji, W. N. (2016).
Model Pembelajaran Dick and Carrey dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kajian
Linguistik dan Sastra, 1(2), 119-126.
Anwar, K. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi
Pokok Operasi Hitung di kelas IV SD Semester Genap SDN. 105287 Tembung Tahun
Ajaran 2011/2012. Penerapan Model Pembelajaran Jerold E. Kemp Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok
Operasi Hitung Di Kelas IV SD Semester Genap SDN. 105287 Tembung Tahun Ajaran
2011/2012.
Ardiansyah, A. F. (2018). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
KOMIK DUA AKSARA MATERI MENULIS KARANGAN DESKRIPSI UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA
JAWA DI KELAS III SEKOLAH DASAR. University of Muhammadiyah Malang.
Noviar, D. (2016). Pengembangan ensiklopedi Biologi mobile
berbasis android dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 35(2).
Pribadi, B.A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Komentar
Posting Komentar